Seandainya gue bisa memutar waktu dan jadi mahasiswa lagi, gue akan
sangat memanfaatkan waktu dan status untuk memulai mencari wawasan baru
selain di bangku kuliah, seperti;
Mulai sekarang, tentukan tujuan! Dan semoga kalian nggak bingung lagi setelah lulus mau ngapain.
Setelah 3 Tahun Lulus Kuliah
Kenapa Nilai A jadi Karyawan, tapi Nilai C jadi Boss
Tips Menentukan Topik Penelitian
Beberapa temen banyak yang kesulitan gimana caranya membuat skripsi dan menentukan topik penelitian. Berkaitan dengan itu, Tips berikut hanya diperuntukkan bagi kamu yang nggak pengin jadi saintis atau dosen, soalnya kalo nggak mau jadi saintis atau dosen, skripsi gak perlu bagus, yang penting bisa lulus.
Nah, langsung aja, pertama-tama,
1. Skripsi itu apaan?
Sebelumnya, kita kudu ngerti skripsi itu apaan dan buat apaan? Gue kasih tau, skripsi itu hanya untuk melatih kita berpikir sistematis dan ilmiah. Gue garis bawahin kata “melatih”. Jadi, kalo nanti ada dosen yang menuntut kamu bikin penemuan baru, dosen itu udah gila.
Skripsi itu melatih apa? Melatih berpikir analitik, sistematis, dan skematis. Ngerti nggak? Santai, gue juga nggak.
2. Cari topik berdasarkan materi kuliah yang paling mudah
Gue juga bingung, orang ini dicari semua mahasiswa tingkat akhir. Topik mana topik?!
“Oke, nggak ada materi kuliah satupun yang gue kuasain, gue bukan anak kuliahan! Melainkan anak babeh.” Gubrak!
Argg! Daripada pusing, gue pun mencari ide topik dari materi kuliah yang menurut gue paling gampang dapet A. Dengdeng!
3. Cari masalah
Skripsi itu ya, nyuruh kita nyari masalah, terus masalah udah dapet, kita disuruh nyari gimana caranya nyelesein masalah itu. Ini kan kurang kerjaan banget!?
Yaudah lah, daripada kelamaan di kampus, nanti malah jadi masalah baru.
Ketika udah dapet topik, coba cari masalah yang lagi happening atau masalah-masalah yang bikin kamu gundah. Misal, kamu punya topik “Penyebab Gangguan Kejiwaan Mahasiswa Tingkat Akhir”, topik ini masih general. Kita buat lebih mengkerucut.
Inget! Nyari topik boleh luas, tapi ketika penelitian, subjectnya harus dipersempit. Kira-kira jadinya kayak gini, “Penyebab Gangguan Kejiwaan Mahasiswa Tingkat Akhir di Wilayah Kampus Jabodetabek.”
Nah, cakep. Kita punya beberapa subject penelitian di beberapa kampus jabodetabek, silakan dah dilist kampusnya kampus apa aja.
4. Tentukan metode
Metode penelitian tuh banyak, bisa diputar, dijilat, atau dicelupin. Pokoknya disesuain dah sama jenis penelitian kamu. Kalo gue dulu sih ngelab di mesjid, jadi metodenya eksperimental. Tapi kalo mengacu sama judul topik yang kita bahas di atas, lebih tepat menggunakan metode surveilance, dengan uji korelasi Pearson (dia bukan bapaknya Pevita Pearson ya!), variablenya silakan dicari sendiri. Sebelum penelitian ini beres, gue yakin variable yang membuat mahasiswa kena gangguan jiwa itu adalah skripsi!
5. Tentukan tujuan penelitian
Tujuan itu harus dijawab dalam kesimpulan. Dan nanti ketika buat kesimpulan, harus bisa menjawab tujuan. Tujuan itu cara berpikirnya gini, kamu punya masalah, artinya kamu harus berpikir bahwa penelitian kamu tujuannya untuk mendapat solusi dari masalah. Misal kalo topik masalah kita tentang gangguan jiwa di atas, tujuan kamu bisa dibuat kayak gini, “1) Mengurangi tingkat mahasiswa yang terjangkit gangguan jiwa di tingkat akhirnya. 2) Turunkan biaya SPP! 3) Nikahkan saya dengan Pevita Pearce! 4) dst.”
6. Tinjauan pustaka
Ini mah copy paste aja dari penelitian sejenis, dari jurnal juga bisa, di perpus banyak. Ya jangan copy paste juga sih, edit-edit dikit lah, jangan lupa emoticon :* dibanyakin.
7. Pembahasan
Pembahasan dari data, data diolah pake SPSS karena ada uji korelasi. Kalo data udah ada, silakan dingemeng-ngemengin. Simple. Gampang! Gampang!
8. Kesimpulan & Saran
Sama kayak di BAB Tujuan, kesimpulan harus menjawab tujuan. Kalo berdasarkan topik gangguan jiwa di atas, mungkin kesimpulan kamu kayak gini, “Ternyata benar, bahwa skripsi adalah variable utama yang menyebabkan mahasiswa tingkat akhir mengidap gangguan jiwa.” Sarannya ya apalagi selain, HAPUS SKRIPSI, Skripsi membuat gila! hahahaaa
9. Daftar pustaka
Isinya sumber data atau kutipan dari peneliti lain. Ya paling isinya dari Google dan Wikipedia semua kan? Ngeles-ngeles dikit lah.
**
Jangan sampai Leptop Kamu Ngehang di saat-saat Penting
Hal-hal ini entah kenapa sering terjadi di kondisi yang lagi urgent, contohnya ketika lagi asik bikin skripsi, eh laptop tiba-tiba ngehang. Itu ngeselin, apalagi belum disave dan besoknya harus bimbingan. Sebagian orang akan hectic sendiri, sebagian yang lain remain cool.
7 Alasan Kenapa Kamu Gak Perlu Takut Telat Lulus
Ehem.
Oke, mungkin sebagian dari kamu masih sulit melihat sisi positif dari pengalaman kuliah yang telat. Ingat selalu kalimat motivasi super ini bahwa, lulus tepat waktu itu tidak menentukan kesuksesan… apalagi yang telat lulus.
*hening
Oke, pokoknya jangan pesimis. Nih, berikut alasan-alasan kenapa kamu gak perlu khawatir telat lulus,
1) Status
Status mahasiswa itu lebih bergengsi dari pengangguran, banyak calon sarjana jaman sekarang yang ngebet mau lulus, tapi nggak siap buat kerja. Nah, mumpung masih mahasiswa, ada baiknya kita belajar gimana bekerja, biar ketika lulus nanti, kita punya alasan yang tepat. Karena lulus tepat waktu dan di waktu yang tepat, akan kalah sama lulus yang dipersiapkan dengan tepat.
Kebanyakan sarjana salah kaprah, mendaftar kerja cukup bermodal IPK, padahal pengalaman kerja itu jauh lebih dibutuhkan. Coba kita liat dari sudut pandang pemilik usaha; misal kamu pengusaha, dan lagi butuh pegawai, mana yang akan kamu pilih sebagai recruitment:
a) IPK gede tapi kerjanya nggak bener.
b) IPK seadanya tapi terampil bekerja.
c) IPK gede, kerja terampil, dan cakep.
Kalo gue, gue akan pilih (b) untuk jadi pegawai, dan (c) untuk dijadiin istri.
2) Nggak punya beban
Nyebelin itu ketika temen yang baru aja wisuda atau wedding, kemudian mereka ngepost moment-moment bahagia mereka di facebook. Bolehlah sekali dua kali, tapi ini sebulan ngeposting begituan terus.
Anyway, tau kah kalian perasaan temen yang wisuda duluan tapi nggak kunjung dapet kerja, mereka itu kayak kemakan omongan sendiri, mereka punya beban sendiri, dan rasanya itu nggak enak bgtz.
Intinya, lulus nggak usah cepet-cepet, kalo nggak cepet dapet kerja kan nyesek.
3) Terkenal
Telat lulus itu akan membuat kamu terkenal. Selain terkenal oleh mahasiswa, kamu juga akan dikenal dosen-dosen, mba-mba warteg, satpam, tukang parkir, tukang fotokopi, dst.
Nah, kalo kamu terkenal, follower twitter dan instagram kamu akan bertambah, nanti kalo udah banyak, kamu bisa jualan. Kamu akan kaya sebelum wisuda, kamu akan KAYA! KAMU AKAN KAYA!
4) Banyak yang ngedoain
Jangan remehin doa-doa orang yang ter-aamiin-i, waktu gue telat lulus dulu, banyak orang yang prihatin, jadi banyak orang yang ngedoain.
“Lama banget lulusnya Kak? Cepet lulus ya, Kak?” Aamiin.
“Semoga segera nyusul ya. Cepet sukses ya?” Aamiin.
Walaupun mereka cuma berkata-kata, tapi gue yakin bahwa kata adalah doa. Kalo mereka niatnya ngejekin atau gimana, selama kata-kata mereka positif, aamiin-in aja. Siapa tau kekabul.
5) Gampang nyari jodoh
Telat lulus itu asyik, karena adek kelas mahasiswa baru setiap tahun akan bertambah. Ini asyik banget ketika kamu udah berhasil nggak terpengaruh dengan ‘keharusan lulus tepat waktu’. Karena apa? Mungkin kita bosen dengan wajah temen-temen seangkatan, untuk itu, Tuhan menurunkan rahmat-Nya dengan mendatangkan wajah-wajah baru berupa maba-maba.
Kalo wajah kamu termasuk yang nggak terlalu terlihat tua, anggaplah menjadi senior di kampus sebagai kesempatan mencari jodoh, ini hadiah dari Tuhan, tapi bagi kamu yang emang tampangnya udah ketuaan, saran gue sebelum ngedeketin maba, kalian beli krim anti-aging satu kontainer dulu, tuangkan di kolam renang, dan mandilah di sana 3 kali sehari.
6) Downline semakin banyak
Ini khusus bagi kamu yang menggiati aktifitas MLM, menjadi terlalu tua di kampus bisa dijadikan ajang mencari network yang lebih luas, biasanya maba-maba tuh gampang dipengaruhi, terutama mahasiswi-nya. Cobalah dekati mereka, tawarkan produk kecantikan dan pembalut. KAMU AKAN KAYA!
7) Kamu akan mendapat pahala yang besar
Pernah nggak ngebayangin, ketika kamu nggak kunjung lulus, tanpa sadar kamu sedang mendukung pembangunan kampus kamu. Kamu bayar SPP untuk fasilitas kampus dan gaji dosen, fasilitas kampus bermanfaat untuk ribuan orang, dosen punya keluarga yang dikasih makan, begitu terus siklusnya, betapa bermanfaatnya mahasiswa yang telat lulus.
Enak kan? Iya, emang enak …
Tips Membuat CV Kerja yang Baik
Pas sekolah (SD-SMA) gue adalah pribadi yang berprestasi secara akademik. Bisa dibayangkan betapa jeniusnya gue ketika besoknya ujian nasional, sehari sebelumnya yang gue lakukan bukanlah belajar, tapi main PS.
Sedangkan temen-temen gue yang lain pada ikutan bimbel, private guru les, nyari oknum jual beli soal, pergi ke dukun, operasi plastik, dan lain-lain.
Hasil ujiannya gimana? Pas lulus sekolah, gue selalu jadi 10 besar lulusan terbaik. hahaha Bohong besar!, meski begitu, tawaran masuk kampus tanpa ujian masih banyak berdatangan.
"ada tawaran nih dari STAN.”
“Duh, jangan di STAN Mak, nilai Ekonomi Saya jelek.”
"ada tawaran nih dari ITB.”
“Duh, jangan di ITB Mak, nilai Fisika Saya jelek.”
“ada tawaran nih dari UIN.”
“Duh, jangan di UIN Mak, muka Saya jelek.”
Yah, sejelek-jeleknya nilai Ekonomi dan Fisika gue, tetep aja nilainya 9. Ehm, gpp jelek, yang penting sombong.
Alhasil , gue masuk kampus tanpa tes di IPB, kenapa IPB? Karena murah. Ada alasan lain? Banyak! hehehe, Boong!
Skripsi nggak Kepake setelah Kuliah
Pas jadi mahasiswa tingkat akhir,
“Skripsi gue harus bagus!”
Pas udah lulus,
“Njir! Kagak kepake!”
Ini adalah hal yang dialami juga oleh sebagian besar orang-orang yang pernah berobsesi sama skripsi yang bagus, dialami juga oleh beberapa temen gue, ada yang honest bilang, ada juga yang gengsi sambil membela diri. Tapi pada intinya, seriusan, ketika lulus, skripsi kita kagak kepake! Jangankan dipegang, diliat-liat lagi aja kagak, persis kayak man…man… man… Ya… kecuali kalo kamu mau jadi dosen atau tenaga pengajar sih, skripsi kamu bisa kepake lagi.
Ehem. Gue punya data nih,
Persentase ‘skripsi akan kepake lagi’ akan semakin mengecil ketika kamu nanti bekerja nggak sesuai jurusan kuliah. Data polling yang dilakuin Careernews, ternyata 67% sarjana kagak kerja sesuai bidangnya. Makin menjadi lagi ketika ternyata hasil perhitungan kecenderungan menyatakan bahwa hanya 3% materi kuliah akan terpakai ketika berkarier.
So, nggak salah dong kalo ada orang yang bilang, skripsi nggak perlu bagus, yang penting bisa lulus.
Tapi nggak dimungkiri, skripsi itu memang penting dikerjakan, supaya kita ngerti gimana deritanya ditolak pembimbing, gimana deritanya nyari data, gimana deritanya data yang ilang karena nggak disave, gimana deritanya dikatain draftnya copy paste yang padahal… emang iya.
Nah, itu salah beberapa positifnya, sisi negatifnya? Pemanasan global! Skripsi memicu pemanasan global! Coba bayangin, makin bagus skripsi, makin banyak revisi, makin banyak kertas tereksploitasi. So, tunda revisi akan menyelamatkan bumi! Save the Earth! *dibakar dosen
So, masih pentingkah memperjuangkan skripsi?
Jawabannya, tergantung sudut pandang dan keperluan. Kalo kamu butuh skripsi yang bakal menunjang karier kamu ke depan, maka maksimalkan. Tapi kalo skripsi hanya sekedar kamu anggap sebagai syarat administrasi, kenapa harus stress sendiri?
“Indonesia butuh menerbitkan jurnal ilmiah lebih banyak!”, kata sebagian orang berpendapat.
Yaudah itu dikerjaan orang yang kompeten di bidangnya aja, nggak semua orang harus jadi ilmuan. Serahkan pada ahlinya, soalnya kalo dikerjakan sama mahasiswa yang nggak interest dengan keilmiahan, hasilnya juga aneh dan maksa. So, setiap orang ada porsi dan arahannya, nggak harus pake cetakan yang sama.
Jika memang skripsi itu untuk melatih berpikir sistematis, maka gak perlu dituntut terlalu detail untuk materi dan isinya, karena sudah banyak skripsi yang diperjuangin sampe ngeluarin biaya, pikiran, dan waktu yang nggak sedikit, akhirnya cuma jadi tumpukan.
Ada orang yang berpendapat bahwa kuliah itu mengajarkan kita supaya jadi dosen, karena yang ngajarin dosen, pola pikir dosen, idealisme dosen. Padahal, nggak semua orang mau jadi dosen, bisa aja ada yang kuliah cuma pengin iseng.
“Tapi, anak bangsa kita harus cerdas!”
Skripsi, IPK, dan otak, adalah hal yang berbeda. Setiap orang punya cara untuk mengoptimalkan potensinya. Sekali lagi, nggak semua orang nggak harus jadi ilmuan, tapi semua orang harus bermanfaat.
Nikah setelah lulus
Jir! Mapan dulu!
Hidup kamu susah? Santai, masih susahan hidup mahasiswa tingkat akhir, hhhee
semoga bermanfaat!